Source text in Dutch | Translation by Laurens Sipahelut (#21526) |
In de zeventiende eeuw krijgt de term carnaval in Europa de overhand voor feesten die zich kenmerken door vermommingen, ommegangen, de instelling van een spotheerschappij met een eigen hiërarchie en uitbundig eten en drinken. In de middeleeuwen sprak men van de Vastenavondviering, waarin men nog één keer luidruchtig kon feestvieren met veel spijs en drank om vervolgens vanaf Aswoensdag de Rooms-katholieke vastentijd in te gaan als voorbereiding op Pasen. In één van de verklaringen voor het woord carnaval wordt de relatie tussen dit uitbundige feest en de daarop volgende vasten gelegd: carne vale betekent vlees vaarwel. Een andere verklaring voor het woord bestaat uit de veronderstelde afleiding van carrus navalis, een scheepswagen die in de Vastenavondtijd door de straten werd getrokken met aan boord vermomde vierders. Carnaval in Nederland Het carnaval is een feest dat vooral in de provincies Limburg en Noord-Brabant drie dagen lang het dagelijks leven in zijn greep heeft. Carnavalsvierders trekken verkleed door de straten en zoeken elkaar op in kroegen en feestzalen. De feestlocaties zijn versierd met maskers en serpentines en de feestmuziek kent zijn eigen carnavalsrepertoire. Het tijdstip van de viering is afhankelijk van de wisselende datum waarop Pasen jaarlijks gevierd wordt. De zevende zondag voorafgaande aan Paaszondag is carnavalszondag. De vele Prinsen Carnaval nemen op carnavalszaterdag of -zondag voor drie dagen op rituele wijze de macht van de burgerlijke autoriteiten over in dorpen en steden (de machtsoverdracht of sleuteloverdracht) en vieren met hun onderdanen, de carnavalsvierders, de tijdelijke vestiging van hun narrenrijk. Carnavalsvierders verkleden zich in een door hun gewenste uitdossing en nemen in een driedaagse carnavalsroes bezit van de straat en de café’s. Op één van de drie carnavalsdagen trekt de optocht door de straten: de zegetocht van Prins Carnaval. En op carnavalsdinsdag rond middernacht wordt in veel plaatsen in een collectief afsluitingsritueel afscheid genomen van het narrenrijk en zijn Prins. Carnavalsmascottes en symbolen worden dan verbrand, begraven of verdronken. Op Aswoensdag wordt het dagelijkse leven weer opgepakt. | Pada abad ke-17 di Eropa, istilah karnaval jamak dimaknai sebagai sebuah pesta yang berciri: baju samaran, arak-arakan, pendirian kedaulatan abal-abal (lengkap dengan perangkat tersendiri), dan makan besar. Pada abad pertengahan orang mengenal apa yang disebut sebagai Perayaan Malam Puasa kala masyarakat diberi kesempatan untuk satu kali lagi mengadakan pesta makan dan minum sebelum memasuki Rabu Abu dan menjalani masa puasa Katolik-Roma dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Paskah. Salah satu penjelasan atas kata karnaval berupaya menarik pertalian antara acara pesta pora dan masa puasa yang mengikutinya tersebut: 'carne vale', yang berarti selamat tinggal daging. Penjelasan yang lain mengasumsikan bahwa kata tersebut merupakan derivasi dari 'carrus navalis', sebuah wahana kapal yang pada Waktu Malam Puasa ditarik di jalan-jalan dan yang diawaki oleh peserta pesta yang mengenakan baju samaran. Karnaval di Belanda Karnaval merupakan sebuah pesta yang, terutama di provinsi Limburg dan Brabant Utara, mencaplok kehidupan sehari-hari selama tiga hari penuh lamanya. Dengan mengenakan kostum, peserta karnaval turun ke jalan dan saling bercengkerama di rumah minum dan balai pesta. Lokasi-lokasi pesta dihiasi topeng dan tunggul, sementara musik pesta mengikuti repertoar tersendiri. Waktu perayaan tergantung pada tanggal Paskah dirayakan, yang saban tahun berubah-ubah. Hari Minggu ketujuh sebelum Minggu Paskah adalah Minggu karnaval. Pada Sabtu- atau Minggu-Karnaval, para Pangerang Karnaval yang berjumlah tak sedikit itu secara seremonial mengambil alih kekuasaan selama tiga hari dari pemerintah sipil desa dan kelurahan (serah terima kekuasaan atau serah terima kunci) untuk kemudian bersama hamba-hamba mereka, yaitu para peserta karnaval, merayakan pendirian sementara kerajaan orang-orang bodoh mereka. Peserta karnaval berdandan sesuka hati mereka dan dalam suasana mabuk karnaval menguasai jalan dan kafe-kafe selama tiga hari penuh. Pada salah satu dari ketiga hari tersebut, mereka berpawai di jalan-jalan: arakan kehormatan sang Pangerang Karnaval. Kemudian, pada Selasa Karnaval, seputar tengah malam, di banyak lokasi diadakanlah seremoni penutupan bersama untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kerajaan orang bodoh berikut Pangerangnya. Maskot-maskot dan lambang-lambang karnaval pun dibakar, dikubur, atau ditenggelamkan. Pada Rabu Abu kehidupan sehari-hari berjalan kembali normal seperti semula. |